Niatnya sehat malah jadi celaka, begitulah jika kita berolahraga tanpa mengukur kemampuan diri. Olahraga yang berlebihan merupakan keadaan yang bisa mencetuskan serangan jantung atau pecahnya pembuluh darah di otak (stroke).
Itu sebabnya kita perlu mengenali kemampuan tubuh sendiri. Selain melakukan check up, menurut dr Michael Triangto, SpKO, kita bisa melakukan kekuatan jantung secara mandiri dengan menghitung denyut nadi saat kita sedang duduk santai.
"Denyut nadi merepresentasikan denyut jantung. Kita bisa menghitungnya di nadi pergelangan tangan atau di leher," kata dr Micheal.
Ia menyebutkan, denyutan 60-90 kali per menit tergolong kategori normal. "Jika denyutnya lebih tinggi dari itu, harus berhati-hati karena itu berarti beban jantungnya cukup berat. Ini bisa berbahaya dan harus ditindaklanjuti dengan pemeriksaan dokter," ucapnya.
Sementara itu denyut nadi yang kurang dari 60 kali per menit bisa tergolong normal jika individu tersebut rutin berolahraga. "Kalau tidak pernah olahraga, tensi darahnya harus dicek, mungkin juga rendah. Jika nadi dan tensi rendah, itu juga bisa berbahaya karena fisiknya tidak pernah terlatih," katanya.
Saat ini sudah tersedia alat pengukur detak jantung berbentuk jam tangan (heart rate monitor) yang lebih praktis.
Selain pengukuran denyut jantung, dr Ari Fahrial Syam, ahli penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menjelaskan, sebenarnya kita bisa mendeteksi adanya kelainan pada organ tubuh kita.
"Sesak napas, lelah yang tidak seperti biasanya, nyeri di dada kiri, atau nyeri di daerah ulu hati setelah melakukan aktivitas olahraga tertentu merupakan gejala yang harus kita amati dan tentu dievaluasi lebih lanjut," katanya melalui surat elektronik.
Pemeriksaan treadmill merupakan salah satu screening yang bisa mengidentifikasi adanya permasalahan pada jantung selain juga pemeriksaan penunjang lainnya di rumah sakit.
Source : Kompas.com
0 comments:
Post a Comment