Definisi
:
Konstipasi (Irritable Bowel
System) adalah rasa sulit untuk buang
air besar dan berkurangnya frekuensi untuk buang air besar sehingga kurang dari
2 kali per minggu. Konstipasi yang dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan
nama sembelit. Gejala yang dirasakan seperti kotoran (tinja) keras, tidak puas
waktu buang kotoran, diperlukan tenaga ekstra mengedan untuk mengeluarkan
tinja. Konstipasi bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala yang
mengindikasikan adanya penyakit atau masalah kesehatan.
Penyebab :
-
Serat makanan menyediakan bulk yang membantu cepatnya kotoran melewati usus
besar. Kekurangan serat menyebabkan kotoran lebih keras dan kompak.
-
Tubuh memerlukan 1,5-2 L cairan sehari. Tanpa cairan yang cukup, kotoran
menjadi kering , membuatnya sulit untuk melewati usus besar.
- Kurang olahraga dapat memperlambat kontraksi otot dimana kotoran melewati
usus besar.
-
Kehamilan, menopause dan hormone yang mempengaruhi menstruasi dan perubahan
fisik dapat berpengaruh.
- Konstipasi dapat disebabkan oleh stress tetapi stress dapat merupakan
gejala dari konstipasi.
-
Sebagian besar fungsi organ tubuh menurun seiring bertambahnya usia dan
system pencernaan merupakan salah satunya.
- Penggunaan beberapa jenis obat diketahui dapat menyebabkan konstipasi ,
terutama obat penghilang nyeri (seperti codeine), tablet zat besi dan antasida
(seperti aluminium hydroxide), dan obat aritmia jantung.
- IIrritable bowel syndrome (IBS) sering menyerang pada konstipasi,
kadangkala disertai dengan diare. Pada IBS, nyeri kram dan ketidaknyamanan pada
usus besar dan rectum terjadi.
Gejala
:
Penderita konstipasi
memiliki tinja yang keras, yang mungkin sulit untuk dikeluarkan. Penderita juga merasakan rektumnya belum sepenuhnya
kosong.
Pencegahan
:
·
Olahraga secara teratur
·
Makan makanan sehat, diet tinggi serat yang terdiri dari sayur dan buah
·
Secara teratur latihan relaksasi yang juga merelaksasi usus besar
·
Minum cukup air, terutama air panas
·
Batasi makanan kadar serat rendah atau tanpa serat, seperti es krim,
daging, keripik, dan makanan beku dalam kemasan.
·
Batasi konsumsi caffeine, alcohol, dan soda, yang cenderung mengeringkan
kotoran
Pengobatan
:
·
Bulk forming agent
Bulk forming agent dapat menambahkan serat pada feses.
Penambahan serat ini akan merangsang kontraksi alami usus untuk proses BAB.
Contoh senyawa yang termasuk bulk forming agent adalah metilselulosa dan
psylium.
·
Emolient laxative
Emolien merupakan surfaktan yang
bekerja dengan membantu pencampuran air dan lemak yang terdapat dalam saluran
cerna, meningkatkan sekresi air dan elektrolit di usus kecil dan usus besar.
Emolien menghasilkan feses yang lunak dalam 1-3 hari sehingga banyak digunakan
untuk mencegah konstipasi. Contoh laksan yang termasuk kelompok ini adalah
natrium dokusat.
·
Lubrikan
Contoh lubrikan adalah minyak
mineral. Minyak mineral merupakan laksatif yang sering digunakan dan bekerja
dengan melapisi feses sehingga mudah dikeluarkan. Efek senyawa ini terhadap
fungsi usus terlihat setelah 2-3 hari.
·
Laksan
osmotik
Laksan osmotik mendorong sejumlah
besar air ke dalam usus besar sehingga feses menjadi lunak dan mudah
dikeluarkan. Laksan ini mengandung garam-garam katartika (saline cathartics)
atau mengandung gula. Saline cathartics terdiri dari ion-ion yang sulit
diabsorpsi seperti magnesium, sulfat, fosfat dan sitrat, yang memiliki efek
osmotik dalam menahan cairan di saluran cerna. Senyawa ini dapat diberikan
secara oral ataupun melalui rektal. Sementara laksan osmotik yang mengandung
gula contohnya laktulosa, sorbitol, dan polietilen glikol.
·
Stimulant laxative
Stimulant laxative bekerja secara langsung merangsang
dinding usus besar untuk berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Contoh senyawa
yang termasuk stimulant laxative adalah senna, kaskara (minyak jarak),
bisakodil, dan fenolftalein. Stimulant laxative ini sangat efektif namun
dapat menimbulkan efek samping berupa diare berat yang mengakibatkan dehidrasi
dan hilangnya banyak elektrolit (terutama kalium). Laksan jenis ini juga lebih
sering menyebabkan terjadinya kram usus dibandingkan jenis laksan lainnya.
Selain itu, penggunaan berlebih juga dapat merusak saraf dan otot-otot pada
usus besar dan memperburuk konstipasi sehingga sebaiknya dijadikan pilihan
terapi terakhir jika penggunaan laksan jenis lainnya tidak berhasil mengatasi
konstipasi.
0 comments:
Post a Comment